Desa ini dekat dengan objek wisata lain
seperti Pantai Yeh Gangga, Pantai Langudu dan Pura Puseh Desa Adat
Bedha. Desa Pejaten ini diapit dua sungai dengan luar kira-kira 1,5 km
persegi. Kesan desa ini adalah jauh dari peradaban dan teknologi modern.
Namun, masyarakat disini telah menambang tanah liat merah (bahan dasar
keramik) sejak awal berdirinya desa dan mereka bereksperimen sendiri
dalam membuat Kerajinan Gerabah, sampai akhirnya persediaan tanah merah
tersebut menipis pada tahun 80-an.
Tembikar tersebut tidak termasuk dalam
masa lalu dari desa Bali tradisional, karena mereka anggap najis. Oleh
karena itu mereka tinggal bersama dan tinggal di desa khusus, seperti
Pejaten, di Kabupaten Tabanan. Orang-orang miskin, mereka hanya memiliki
tanah yang mereka hidup dan tidak memiliki sawah. Setiap keluarga
memiliki tembikar sendiri kecil. pot yang dibuat dengan tangan, pada
roda-tangan lambat. Dibuat dalam api terbuka, ditutupi oleh jerami padi.
Produk, kebanyakan memasak dan disimpan kapal, tetapi juga ware upacara
untuk kuil-kuil mereka, dibawa ke pasar terdekat untuk dijual. Dengan
diperkenalkannya plastik dan aluminium permintaan untuk penurunan pot
keramik dengan cepat.
Bentuk Keramik
Yang menarik dalam pembuatan genteng khas
Desa Pejaten ini adalah tanah yang diolah berasal dari tanah sawah.
Kemudian diproses dalam suatu tangki untuk melembutkan dan meliatkan.
Selanjutkan dimasukan kedalam mesin untuk dibentuk tanah kotak persegi
sesuai dengan ukuran yang diinginkan. Lempengan ini yang siap dicetak
atau dibentuk dengan mesin pencetak.
Lempengan yang telah dicetak itu dijejer
dalam rak palet, satu cetakan satu tempat, kemudian dikeringkan selama 1
minggu. Proses terakhir adalah, cetakan yang sudah kering itu dimasukan
dalam oven bersuhu 1400 derajat celcius selama 1 minggu tanpa henti
sehingga tanah berubah warna dan menjadi kuat. Dalam satu rumah
pembakaran dapat dimasukan +/- 6000 buah genteng. Cara membakarnya pun
masih menggunakan kayu, metode ini yang membuat genteng Pejaten menjadi
khas.
Jenis genteng juga ada bermacam-macam,
yang digemari adalah jenis Morano dan Plengkong. Harga genteng dijual
dengan harga kurang lebih Rp. 1.600 – Rp. 2.000,- per-buah. Saat ini melayani untuk
konsumen daerah Jakarta, Bogor dan sekitar.
Anda juga dapat bergabung untuk
perjalanan khusus dirancang untuk mempelajari lebih lanjut tentang
kerajinan genteng dan melihat atap khas dan barang dari desa Pejaten.
Dekat desa Pejaten tersedia Bali Beach Bungalows jika Anda ingin
menginap dan rumah makan yang murah dan halal yakni Rumah Makan Putih
dengan menu special ayam bakar. Kedua tempat itu terletak di sekitar
Pantai Yeh Gangga, sekitar 600 m dari Desa Pejaten.
Sumber : http://tabananeksotis.wordpress.com
No comments:
Post a Comment